Setiap pribadi memiliki selera makan yang berbeda, dan dalam kehidupan manusia, apa yang dikonsumsi tidak hanya berperan sebagai pengisi perut, tetapi juga cerminan gaya hidup, nilai, bahkan spiritualitas. Lalu, bagaimana dengan sosok termulia dalam Islam? Apa makanan favorit Baginda Nabi Muhammad SAW? Jawaban atas pertanyaan ini bukan hanya soal menu harian Rasulullah, tetapi juga sebuah pelajaran hidup yang mendalam.
Di tengah kesederhanaan yang menyelimuti kehidupan Nabi, ternyata pilihan makanannya jauh dari kesan mewah. Justru dari kepribadian dan gaya makan beliau, kita bisa belajar makna syukur, qana’ah (merasa cukup), dan pola hidup sehat yang tak lekang oleh zaman.
Rasulullah hidup dalam kesahajaan. Tidak pernah beliau memilih makanan karena kemewahan atau rasa semata. Bahkan dalam banyak riwayat, beliau sering kali tidak memiliki apa-apa untuk dimakan dan hanya mengganjal perut dengan sebutir kurma atau sepotong roti kering.
Aisyah RA berkata: “Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang dari roti gandum selama dua hari berturut-turut hingga beliau wafat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kalimat itu bukan semata deskripsi kondisi hidup, tapi juga bukti bahwa Nabi tidak pernah menganggap makanan sebagai tujuan hidup. Meski beliau mampu mendapatkan yang terbaik, beliau lebih memilih yang sederhana.
Namun bukan berarti beliau menolak kelezatan. Jika diberikan makanan yang enak, beliau menyukainya, bersyukur, namun tetap tidak berlebihan. Dan dari berbagai riwayat, kita dapat mengetahui beberapa makanan yang menjadi favorit beliau, bukan karena rasanya, tetapi karena kandungan manfaat dan keberkahannya.
Apa Makanan Favorit Baginda Nabi
1. Kurma dan Air
Dua jenis makanan ini adalah yang paling sering dikonsumsi oleh Rasulullah. Kurma bukan hanya manis secara rasa, tapi juga kaya gizi. Bahkan dalam banyak kesempatan, beliau berbuka puasa dengan kurma dan air.
“Rasulullah berbuka dengan beberapa butir kurma segar sebelum shalat. Jika tidak ada, maka dengan kurma kering. Jika tidak ada juga, maka dengan beberapa teguk air.” (HR Abu Dawud)
Kurma adalah simbol berkah. Bukan hanya di bulan Ramadan, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah mengajarkan bahwa kadang hal paling sederhana justru paling bernilai.
2. Cuka
Meski terdengar aneh, namun Rasulullah sangat menyukai cuka sebagai lauk. Beliau bersabda: “Sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR Muslim)
Cuka saat itu digunakan sebagai pelengkap roti. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak pernah menuntut sesuatu yang sulit didapat. Jika hanya ada cuka, maka itu cukup. Pelajaran besar bagi kita yang sering kali mengeluh meskipun hidangan melimpah.
3. Labu (Ya’fuur)
Dalam sebuah riwayat, Anas bin Malik berkata: “Aku melihat Rasulullah memilih dan memakan labu dari pinggiran mangkuk.” (HR Muslim)
Beliau menyukai labu bukan karena kemewahan, tapi karena rasanya yang lembut dan manfaat kesehatannya. Bahkan labu dikenal baik untuk pencernaan dan ketahanan tubuh. Rasulullah tahu apa yang beliau makan, dan memilih yang menyehatkan tubuh.
4. Daging, Tapi Tidak Berlebihan
Nabi juga menyukai daging, namun tidak menjadikannya konsumsi harian. Ketika mendapat daging, beliau mensyukuri dan menikmatinya, namun tidak pernah makan berlebihan. “Sesungguhnya daging adalah makanan paling disukai oleh ahli dunia dan ahli akhirat.” (HR Tirmidzi – hasan)
Namun, yang perlu dicatat, Rasulullah tidak memanjakan diri dengan daging setiap hari. Karena terlalu sering makan daging bisa membuat tubuh berat dan malas, serta menumbuhkan sifat tamak.
5. Roti Gandum
Roti gandum kasar adalah makanan pokok beliau. Sering kali dimakan hanya dengan air, cuka, atau kurma. Jarang sekali beliau makan dengan lauk yang lengkap. “Kami tidak melihat roti halus selama kehidupan Nabi Muhammad. Tidak pula kami melihat daging kambing disajikan dua kali dalam sehari.” (HR Bukhari)
Betapa kontras dengan gaya hidup kita hari ini yang lebih mementingkan tampilan, kemewahan, dan kenyang tanpa peduli manfaat.
Pelajaran dari Meja Makan Rasulullah
Apa yang disukai Rasulullah bukan semata daftar makanan. Tapi cara beliau menyikapi makanan itulah yang menjadi pelajaran penting bagi kita. Beliau tidak pernah mencela makanan, tidak pernah mengeluh, dan selalu bersyukur. Jika beliau tidak menyukai suatu hidangan, beliau cukup tidak memakannya tanpa mengomentari buruknya.
Dalam hadist disebutkan: “Rasulullah tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukainya, beliau memakannya. Jika tidak, beliau meninggalkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sikap ini begitu langka hari ini. Banyak orang mudah mencela makanan, bahkan ketika disajikan oleh orang lain dengan susah payah. Padahal, mencela makanan adalah bentuk ketidaksyukuran, dan Nabi jauh dari sifat seperti itu.
Mengetahui makanan favorit Nabi Muhammad bukan untuk meniru selera, tapi untuk meneladani gaya hidupnya. Kesederhanaan, rasa cukup, sikap syukur, dan kesadaran akan kesehatan tapi itulah nilai-nilai yang tertanam dalam setiap santapan beliau.
Di zaman yang penuh pilihan dan godaan makanan, semoga kita bisa mencontoh Rasulullah dalam makan secukupnya, memilih yang halal dan sehat, serta selalu bersyukur. Karena sesungguhnya, apa yang kita konsumsi akan mempengaruhi hati dan jiwa kita.