Dalam kehidupan seorang muslim, doa bukan sekadar permintaan, melainkan ikatan spiritual yang memperkuat hubungan antara hamba dan Tuhannya. Rasulullah ﷺ telah menegaskan bahwa doa adalah inti dari ibadah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, “Doa itu adalah ibadah.” Maka inilah doa yang dianjurkan Nabi berarti menelusuri jalan menuju ridha Allah dengan cara yang paling indah dan paling diridhai.
Namun, sayangnya banyak manusia yang meremehkan doa. Ada yang hanya berdoa ketika dalam kesusahan, lalu melupakannya ketika dalam kesenangan. Ada pula yang berdoa dengan terburu-buru, seakan tidak yakin akan dikabulkan. Padahal doa bukan hanya tentang hasil, melainkan tentang keyakinan, kepasrahan, dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Rabb-nya.
Keutamaan Doa dalam Pandangan Islam
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina.” (QS Ghafir 60). Ayat ini menjadi fondasi penting mengapa doa yang dianjurkan Nabi selalu ditekankan dalam setiap kesempatan.
Rasulullah ﷺ sendiri adalah teladan yang selalu berdoa dalam segala keadaan. Beliau berdoa ketika bangun tidur, sebelum dan sesudah makan, ketika hendak bepergian, saat menghadapi kesulitan, bahkan dalam keadaan senang sekalipun. Doa-doa beliau sederhana, penuh makna, dan mengajarkan sikap tawakal kepada Allah.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan dalam kitab Al-Jawabul Kafi bahwa doa memiliki kekuatan luar biasa. Ia bisa menolak bala, mendatangkan rahmat, membuka pintu rezeki, bahkan mengubah takdir jika Allah menghendaki. Inilah sebabnya, ulama-ulama besar selalu mengajarkan kepada umat untuk tidak pernah meninggalkan doa, baik dalam kesendirian maupun di keramaian.
Namun, di sisi lain, ada pula manusia yang malas berdoa. Mereka merasa cukup dengan usaha tanpa menyertakan doa. Ada yang terlalu bergantung pada logika, ada pula yang beranggapan doa hanya buang-buang waktu. Padahal, meninggalkan doa sama saja dengan mengabaikan salah satu perintah Allah dan sunnah Rasulullah. Inilah sisi kelam yang membuat banyak hati semakin jauh dari Tuhannya.
Doa-doa yang Dianjurkan Nabi dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk lebih dekat dalam memahami doa yang dianjurkan Nabi, mari kita renungkan beberapa contoh doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ.
Ketika pagi tiba, beliau berdoa: “Ya Allah, dengan Engkau kami memasuki pagi, dengan Engkau kami memasuki petang, dengan Engkau kami hidup, dan dengan Engkau kami mati. Kepada-Mu lah kami akan kembali.” (HR. Tirmidzi). Doa ini bukan sekadar ucapan, tetapi pengakuan bahwa hidup dan mati seorang hamba sepenuhnya dalam genggaman Allah.
Ketika hendak makan, beliau mengajarkan doa yang sederhana namun sarat makna: “Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau berikan kepada kami dan lindungilah kami dari siksa neraka.” Betapa doa ini mengingatkan bahwa makanan yang masuk ke dalam tubuh kita bukan hanya soal kenyang, tetapi juga barakah dan keselamatan di akhirat.
Ketika ditimpa kesusahan, Rasulullah ﷺ membaca doa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan gelisah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan penindasan manusia.” (HR. Abu Dawud). Doa ini begitu menyentuh, seakan menggambarkan segala kelemahan manusia yang hanya bisa ditolong dengan pertolongan Allah.
Namun, tak jarang manusia lalai. Ada yang membaca doa hanya sebatas formalitas tanpa penghayatan. Ada yang menjadikan doa sekadar rutinitas hafalan, bukan ungkapan hati yang tulus. Inilah sisi buruk yang sering membuat doa tidak membekas dalam jiwa dan tidak memberi pengaruh dalam kehidupan.
Doa sebagai Senjata Orang Beriman
Nabi Muhammad ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Hakim: “Doa adalah senjata orang beriman, tiang agama, dan cahaya langit serta bumi.” Dari sini dapat dipahami bahwa doa yang dianjurkan Nabi bukan hanya sekadar ucapan, tetapi kekuatan yang dapat mengubah keadaan.
Ketika perang Badar, Rasulullah ﷺ berdoa dengan penuh kerendahan hati, mengangkat tangannya tinggi-tinggi, memohon kemenangan untuk kaum muslimin yang jumlahnya sedikit. Allah pun mengabulkan doa beliau dengan menurunkan malaikat untuk membantu kaum muslimin. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa doa bukan sekadar kata-kata, melainkan energi yang mampu menggerakkan pertolongan langit.
Ulama besar Imam An-Nawawi menegaskan dalam Al-Adzkar bahwa doa memiliki adab. Seorang muslim yang berdoa sebaiknya dalam keadaan suci, menghadap kiblat, mengangkat tangan, memulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi, serta penuh keyakinan. Tanpa adab ini, doa bisa kehilangan kekuatan spiritualnya.
Namun, ada juga mereka yang berdoa dengan cara yang keliru. Ada yang meminta hal-hal yang dilarang, ada yang berdoa untuk keburukan orang lain, bahkan ada yang berdoa dengan hati lalai sambil bercanda. Inilah keburukan yang bisa merusak makna doa itu sendiri. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan, “Janganlah salah seorang di antara kalian berdoa dengan mengatakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Tetapi hendaklah ia berdoa dengan sungguh-sungguh.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Doa menuntut kesungguhan, keyakinan, dan ketulusan. Jika tidak, ia hanya akan menjadi sekadar suara tanpa ruh.