Berkabung adalah bagian alami dari kehidupan manusia, setiap orang pasti meratapi kematian orang terkasih, baik keluarga, sahabat, dan kerabat. Dalam Islam, berkabung bukan sekadar ekspresi kesedihan, tetapi juga memiliki tata cara dan adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
“Sesungguhnya hanya orang yang bersabar akan mendapat pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Melalui ajaran beliau, umat Islam diberikan panduan tentang bagaimana menghadapi musibah kematian dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Artikel ini akan membahas cara berkabung yang diajarkan oleh Rasulullah, serta bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berkabung dan Meratapi Kematian Orang Terkasih
Pertama-tama, Rasulullah mengajarkan bahwa berkabung harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Sabar dalam menghadapi musibah kematian adalah salah satu bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. Rasulullah bersabda bahwa orang yang sabar dalam menghadapi musibah akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Sabar bukan berarti menahan kesedihan secara total, melainkan mengelola emosi agar tidak berlebihan dan merusak diri sendiri.
Rasulullah juga mengajarkan bahwa berkabung tidak boleh dilakukan dengan cara yang berlebihan. Dalam beberapa tradisi, ada yang meratapi kematian dengan cara merobek-robek pakaian, memukul-mukul dada, atau bahkan menyakiti diri sendiri.
Rasulullah bersabda: “Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipi, merobek pakaian, dan berteriak-teriak seperti di masa jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini dilarang oleh Rasulullah karena menunjukkan ketidaksabaran dan ketidakterimaan terhadap takdir Allah. Beliau mengingatkan bahwa kematian adalah ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari, dan kita harus menerimanya dengan lapang dada.
Anjuran Berkabung Dalam Waktu Yang Tidak Terlalu Lama
Selain itu, Rasulullah mengajarkan bahwa berkabung tidak boleh dilakukan dalam waktu yang terlalu lama. Dalam Islam, masa berkabung bagi seorang istri yang ditinggal wafat suaminya adalah empat bulan sepuluh hari, atau disebut masa iddah.
“Orang-orang yang meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan istri-istri, hendaklah mereka (istri-istri itu) menunggu (ber-‘iddah) empat bulan sepuluh hari.” (QS. Al-Baqarah: 234)
Selama masa ini, istri dianjurkan untuk tidak berdandan atau memakai wewangian. Namun, bagi keluarga lainnya, berkabung tidak perlu dilakukan dalam waktu yang lama. Rasulullah mengajarkan agar kita segera bangkit dari kesedihan dan melanjutkan kehidupan dengan penuh semangat.
Baca Juga: Mendoakan Orang Lain Menurut Anjuran Agama Islam
Rasulullah juga menekankan pentingnya mendoakan orang yang telah meninggal. Doa adalah bentuk kasih sayang dan penghormatan terakhir yang bisa kita berikan kepada mereka. Rasulullah sering mengajarkan doa-doa untuk orang yang telah wafat, seperti doa memohonkan ampunan, rahmat, dan tempat yang layak di sisi Allah. Dengan mendoakan mereka, kita juga mendapatkan pahala dan keberkahan.
“Tidak boleh seorang wanita berkabung atas kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, yaitu selama empat bulan sepuluh hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bersedekah Atas Orang Yang Sudah Wafat
Selain mendoakan, Rasulullah juga mengajarkan untuk bersedekah atas nama orang yang telah meninggal. Sedekah dapat menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir kepada mereka. Rasulullah pernah bersabda bahwa ketika seseorang meninggal, amalannya terputus kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang mendoakannya. Oleh karena itu, bersedekah atas nama orang yang telah wafat adalah salah satu cara terbaik untuk menghormati dan mendoakan mereka.
“Sesungguhnya hanya orang yang bersabar akan mendapat pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Rasulullah juga mengajarkan agar kita tidak terlalu larut dalam kesedihan. Beliau mengingatkan bahwa kematian adalah bagian dari perjalanan hidup manusia, dan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kesedihan yang berlebihan hanya akan membuat kita lupa akan tanggung jawab dan kewajiban lainnya. Rasulullah mengajarkan agar kita tetap menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun hati sedang berduka.
Infaq atas nama orangtua yang sudah wafat melalui : bit.by/infaq
Selain itu, Rasulullah mengajarkan pentingnya saling menguatkan dan memberikan dukungan kepada keluarga yang sedang berduka. Beliau sering mengunjungi keluarga yang kehilangan anggota keluarganya dan memberikan nasihat serta doa.
Rasulullah juga mengajarkan agar kita mengambil hikmah dari setiap musibah kematian. Kematian mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, dan kita harus mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Dengan mengambil hikmah, kita dapat menjadikan musibah kematian sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Terakhir, Rasulullah mengajarkan agar kita selalu mengingat kematian. Mengingat kematian bukan untuk membuat kita takut, tetapi untuk memotivasi diri agar selalu berbuat baik dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian.
Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian.” (HR Tirmidzi)
Dengan mengingat kematian, kita akan lebih bijaksana dalam menjalani hidup dan lebih siap menghadapi takdir Allah. Wallahu A’lam Bisshawab.