Manusia Yang Tersesat Dalam Dunia Gemerlap

Manusia Yang Tersesat Dalam Dunia Gemerlap

Dalam perjalanan kehidupan yang tak pernah berhenti berputar, manusia sering kali tersesat dalam hiruk pikuk dunia yang penuh gemerlap namun semu. Terkadang, di tengah segala kesibukan dan rutinitas yang melenakan, hati terasa hampa. Jiwa pun menjerit mencari makna. Di situlah letak pentingnya hidayah—sebuah cahaya Ilahi yang bisa menuntun manusia dari gelap menuju terang.

Ketika Hati Mulai Bertanya

Setiap insan pasti pernah mengalami momen perenungan. Sebuah detik ketika segala hal terasa tidak cukup. Keberhasilan, kekayaan, dan popularitas terasa kosong jika tidak dibarengi dengan ketenangan batin. Di sanalah muncul pertanyaan-pertanyaan dalam hati: “Untuk apa semua ini?” dan “Apakah aku sudah berjalan di jalan yang benar?”

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang sering kali menjadi pintu masuk datangnya hidayah. Allah SWT membuka hati siapa pun yang Dia kehendaki. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Barangsiapa yang Allah kehendaki akan diberi petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima) Islam.” (QS. Al-An’am: 125)

Hidayah Itu Dekat, Namun Tidak Selalu Disadari

Hidayah tidak datang dalam bentuk yang mencolok. Terkadang ia hadir dalam wujud sederhana—melalui kata-kata sahabat, potongan ceramah, lantunan ayat, atau bahkan melalui musibah yang menyadarkan. Seringkali, kita tidak menyadari bahwa itulah titik balik yang Allah hadirkan untuk kita.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya hati anak Adam semuanya berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah. Jika Dia menghendaki, maka Dia akan meluruskannya. Jika Dia menghendaki, maka Dia akan membengkokkannya.” (HR. Muslim)

Hadist ini mengingatkan kita bahwa hidayah berada sepenuhnya di tangan Allah. Tapi manusia tetap punya kewajiban untuk mencarinya dan merawatnya.

Mendekatkan Diri pada Hidayah

Agar cahaya hidayah itu bisa mendekat, maka manusia perlu membuka diri. Salah satu langkahnya adalah dengan mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Kitab suci ini bukan hanya untuk dibaca, tapi direnungkan dan diamalkan. Dalam Al-Qur’an terdapat petunjuk bagi siapa pun yang ingin berjalan lurus.

Tak hanya itu, memperbanyak istighfar, menjaga salat, dan berkumpul dengan orang-orang saleh juga bisa menjadi wasilah (perantara) datangnya hidayah. Karena lingkungan sangat memengaruhi hati. Rasulullah SAW bersabda:

“Seseorang itu tergantung agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang menjadi temannya.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Perjalanan Menuju Kedamaian Yang Tidak Selalu Mudah

Seringkali, proses menerima dan menjaga hidayah bukanlah hal yang instan. Banyak godaan dan cobaan yang datang. Dunia seolah menarik kembali orang yang sedang berjuang menuju Allah. Namun, Allah Maha Penyayang. Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya sendirian.

Ingatlah, setiap langkah kecil menuju kebaikan akan dinilai oleh Allah. Bahkan niat yang tulus sekalipun, meski belum sempat diwujudkan, telah mendapat pahala. Maka jangan menyerah. Teruslah berjalan meski perlahan. Karena sesungguhnya, hidayah itu sudah begitu dekat. Tinggal kita yang perlu membuka mata hati untuk menerimanya.

Cahaya Itu Tidak Pernah Jauh

Hidayah bukanlah sesuatu yang hanya milik orang tertentu. Siapa saja bisa mendapatkannya. Bahkan orang yang pernah hidup dalam kegelapan, bisa saja menjadi cahaya bagi orang lain jika ia bersungguh-sungguh mencari Allah.

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Akhirnya, marilah kita buka hati seluas-luasnya. Izinkan cahaya itu masuk. Rawat dan jaga dengan amal saleh. Sebab, hidayah tidak datang dua kali jika diabaikan. Maka jangan tunggu esok, karena hidayah itu… sebenarnya begitu dekat.

Bagikan:

Related Post