Benarkah Jika Berbagi Harus atas Dasar Iman

Benarkah Jika Berbagi Harus atas Dasar Iman

Dalam kehidupan yang semakin individualistik ini, semangat untuk berbagi sering kali tergerus oleh kepentingan pribadi. Banyak orang bertanya, benarkah jika ingin berbagi harus berangkat dari iman? Ataukah cukup dengan rasa iba, simpati, atau sekadar empati manusiawi? Pertanyaan ini menarik untuk direnungkan karena Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur tentang ibadah kepada Allah, tetapi juga mengajarkan bagaimana manusia harus menjalin hubungan sosial yang adil, mulia, dan penuh kasih sayang

Berbagi dalam Islam bukan sekadar tindakan sosial, melainkan bagian dari wujud iman yang nyata. Ketika seseorang mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan, sesungguhnya ia sedang membuktikan bahwa dalam hatinya ada iman yang hidup dan bergetar karena cinta kepada sesama. Iman bukan hanya keyakinan di dalam hati, tetapi harus tercermin dalam tindakan, termasuk dalam perbuatan berbagi kepada orang lain.

Benarkah Jika Berbagi Harus atas Dasar Iman

Rasulullah SAW bersabda: ” Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadist ini menunjukkan bahwa berbagi tidak boleh sekadar karena iba atau tekanan sosial, tetapi harus dilandasi oleh cinta yang tumbuh dari keimanan. Cinta karena iman tidak akan menuntut balasan. Ia memberi tanpa pamrih, karena yang dituju bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga keridhaan Allah yang Maha Melihat

Iman membuat seseorang tidak tega melihat saudaranya kelaparan sementara ia hidup berkecukupan. Iman mendorong seseorang untuk menyisihkan sebagian hartanya meskipun ia sendiri dalam keterbatasan. Iman memeluk tangan-tangan yang gemetar dan mengganti rasa takut dengan kehangatan kasih sayang

Berbagi yang lahir dari iman juga akan melahirkan keikhlasan. Tidak ada riya, tidak ada keinginan untuk dipuji, dan tidak ada niat untuk membanggakan diri. Bahkan ketika pemberian itu tidak diketahui oleh siapa pun, hati tetap merasa cukup karena tahu bahwa Allah tidak pernah luput dari setiap niat yang tersembunyi.

Baca Juga : Allah Merindukan Orang-orang yang Saleh

Sungguh berbeda jika berbagi tidak dilandasi oleh iman. Mungkin terlihat indah di luar, tetapi mudah goyah ketika tidak mendapat apresiasi. Seseorang yang berbagi tanpa iman bisa saja tersinggung ketika tidak disebut namanya. Ia mungkin mundur ketika tidak ada kamera atau pujian. Namun orang yang berbagi karena iman tidak butuh semua itu. Cukup Allah yang tahu dan itu sudah membuatnya tenang

Dalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan ciri-ciri orang beriman dengan sangat jelas. Mereka yang menafkahkan hartanya di kala lapang dan sempit, yang menahan amarah, dan yang memaafkan kesalahan orang lain. Semua ini adalah rangkaian akhlak mulia yang tidak akan mungkin lahir tanpa iman yang tertanam kuat dalam hati

Maka tak heran jika Rasulullah menyebut bahwa sedekah adalah bukti. Bukti dari apa? Bukti dari keimanan. Rasulullah bersabda: ” Sedekah adalah bukti.” (HR Muslim)

Bukti bahwa hati tidak dikuasai oleh harta. Bukti bahwa seseorang lebih mencintai akhirat daripada dunia. Bukti bahwa ia percaya bahwa apa pun yang diberikan di jalan Allah tidak akan sia-sia, melainkan akan kembali berlipat-lipat dalam bentuk yang lebih indah

Berbagi karena iman juga menumbuhkan kedekatan antara manusia. Ia melebur sekat-sekat sosial. Ia mempertemukan yang kaya dan miskin dalam satu rasa yang sama, yaitu saling membutuhkan dan saling mencintai karena Allah. Dalam dunia yang penuh jarak, berbagi karena iman adalah jembatan yang menyatukan

Islam mengajarkan bahwa tidak ada kebaikan yang terlalu kecil untuk dibagikan. Bahkan senyuman yang tulus kepada saudara kita adalah bentuk sedekah. Bahkan memberi jalan, memberi minum seekor anjing, atau sekadar berkata baik, semuanya adalah bagian dari berbagi yang diperhitungkan di sisi Allah

Namun nilai semua itu akan berbeda ketika iman menjadi pondasinya. Satu tetes air yang diberikan karena iman lebih bernilai dari satu kolam emas yang diberikan karena riya. Karena Allah tidak menilai besar kecilnya pemberian, melainkan keikhlasan hati dan kedalaman niat yang menyertainya

Jadi, ketika kita bertanya apakah benar berbagi harus atas dasar iman, maka jawabannya adalah ya. Karena hanya dengan iman, berbagi menjadi ibadah. Hanya dengan iman, berbagi menjadi jembatan menuju surga. Dan hanya dengan iman, berbagi menjadi amal yang tidak akan pernah terhapus oleh waktu

Maka mari kita mulai berbagi, bukan hanya dari apa yang kita miliki, tetapi juga dari apa yang kita yakini. Berbagi karena cinta kepada Allah. Berbagi karena ingin dekat dengan Rasulullah. Dan berbagi karena kita tahu bahwa setiap pemberian adalah investasi abadi di akhirat. mulai selalu berbagi melalui zakatdaily.com

Bagikan:

Related Post