Sejak awal risalah Islam, wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah perintah untuk membaca. Firman Allah: berbunyi: “Iqra’ bismi rabbika alladzi khalaq” yang artinya “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS Al-‘Alaq ayat 1). Ayat ini menegaskan bahwa kewajiban setiap Muslim dalam menuntut ilmu bukanlah perkara sepele, melainkan sebuah pondasi kehidupan. Tidak heran jika ulama menyebut ilmu sebagai cahaya yang membimbing manusia keluar dari kegelapan.
Ilmu Sebagai Landasan Ibadah dan Amal
Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat mulia. Tanpa ilmu, seseorang tidak bisa membedakan halal dan haram, benar dan salah, ibadah yang sah atau batil. Imam Syafi’i berkata: “Barangsiapa menginginkan dunia maka hendaklah ia berilmu, barangsiapa menginginkan akhirat maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa menginginkan keduanya maka hendaklah ia berilmu.” Ucapan ini menunjukkan betapa erat hubungan ilmu dengan seluruh aspek kehidupan.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Hadits ini menegaskan bahwa kewajiban setiap Muslim dalam menuntut ilmu tidak terbatas hanya pada ulama atau santri, melainkan seluruh umat Islam tanpa terkecuali. Baik laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda, semuanya memiliki tanggung jawab yang sama.
Namun, di sisi lain terdapat kenyataan pahit. Banyak orang yang menyepelekan kewajiban menuntut ilmu. Ada yang lebih sibuk mengejar harta dunia daripada memahami agamanya. Ada pula yang mengaku Muslim namun buta terhadap ajaran dasar, sehingga mudah terjerumus dalam perbuatan dosa. Kebodohan bukan hanya musibah, melainkan juga pintu kehancuran umat. Inilah sisi buruk yang timbul ketika kewajiban setiap Muslim dalam menuntut ilmu diabaikan.
Pahala Besar bagi Para Pencari Ilmu
Allah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang yang menuntut ilmu. Alquran disebutkan: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah ayat 11). Ayat ini memberikan motivasi yang kuat bahwa setiap langkah menuju majelis ilmu tidak akan pernah sia-sia.
Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Hadits ini menggambarkan betapa agung kedudukan seorang penuntut ilmu. Setiap keringat yang menetes, setiap langkah yang ditempuh, bahkan rasa lelah yang dirasakan, semuanya dicatat sebagai amal kebajikan.
Tetapi di balik pahala besar ini, ada pula ancaman bagi mereka yang menolak menuntut ilmu. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari hamba-hamba-Nya, tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Hingga apabila tidak tersisa seorang alim pun, manusia akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin; lalu mereka ditanya, dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menyentuh hati, sekaligus memberi peringatan bahwa kebodohan bisa menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan massal.
Ilmu Dunia dan Akhirat
Dalam pandangan Islam, ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu agama, melainkan juga mencakup ilmu dunia yang bermanfaat. Sejarah mencatat bagaimana umat Islam di masa keemasan mampu menguasai berbagai cabang ilmu: kedokteran, matematika, astronomi, hingga filsafat. Semua itu dilakukan karena mereka memahami betul kewajiban setiap Muslim dalam menuntut ilmu.
Namun, penting untuk menempatkan prioritas. Ilmu agama adalah kompas utama yang membimbing jalan hidup. Ilmu dunia yang dipelajari tanpa dasar agama bisa membuat manusia sombong, bahkan menjerumuskan pada kerusakan. Sebaliknya, ilmu agama yang dipadukan dengan ilmu dunia akan melahirkan peradaban yang adil dan beradab.
Ulama menegaskan bahwa menuntut ilmu fardhu ‘ain adalah kewajiban setiap individu, seperti ilmu tentang akidah, ibadah, halal-haram, dan akhlak. Sedangkan menuntut ilmu fardhu kifayah, seperti kedokteran, teknologi, dan ekonomi, menjadi kewajiban kolektif umat. Jika ditinggalkan seluruhnya, maka dosa ditanggung bersama.
Kenyataan di zaman modern memperlihatkan betapa banyak Muslim yang terperangkap dalam cinta dunia karena menyepelekan ilmu agama. Mereka paham teknologi canggih, tetapi lupa hukum shalat. Mereka mahir dalam urusan bisnis, tetapi lalai dari zakat. Inilah kondisi yang memilukan dan harus menjadi cambuk bagi umat Islam agar kembali memahami makna sebenarnya dari kewajiban setiap Muslim dalam menuntut ilmu.