5 Keutamaan Berqurban Menurut Alquran dan Hadist

5 Keutamaan Berqurban Menurut Alquran dan Hadist

Setiap kali Idul Adha tiba, suasana umat Islam di seluruh dunia berubah menjadi lautan penghambaan dan kepasrahan. Lantunan takbir menggema, sementara ribuan hewan ternak disiapkan untuk disembelih sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan. Ibadah berqurban bukan sekadar ritual tahunan, melainkan simbol ketulusan yang dalam, bentuk kesungguhan cinta kepada Allah, dan pengingat nyata akan ketaatan Nabi Ibrahim AS serta anaknya, Ismail AS.

Namun, masih banyak yang memandang ibadah ini dari sisi permukaan saja. Ada yang mengeluh mahalnya harga hewan, ada pula yang merasa cukup dengan ibadah lain. Tak sedikit pula yang memilih menunda atau bahkan menghindari qurban karena alasan ekonomi atau keraguan dalam hati. Padahal jika kita menyelami hikmah dan keutamaan dari berqurban, niscaya hati akan terpanggil untuk tidak melewatkannya.

Berikut ini adalah 5 keutamaan berqurban menurut Alquran dan hadist, yang seharusnya menggugah siapa pun yang memiliki keimanan untuk ikut ambil bagian dalam ibadah agung ini. 

5 Keutamaan Berqurban Menurut Alquran dan Hadist

1. Berqurban Adalah Bukti Ketakwaan

Allah tidak butuh daging dan darah dari hewan yang disembelih. Yang sampai kepada-Nya adalah ketulusan niat dan keikhlasan jiwa. Dalam Alquran, Allah berfirman: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya.” (QS Al-Hajj: 37)

Ayat ini menegaskan bahwa esensi dari berqurban bukan pada proses penyembelihan, melainkan pada niat yang terpatri dalam hati. Ketika seseorang rela menyisihkan hartanya, membeli hewan terbaik, dan menyerahkannya untuk disembelih karena Allah, maka itulah bentuk ketakwaan sejati.

Namun sayangnya, ada yang berqurban hanya untuk gengsi. Ingin tampil, ingin dipuji. Ada pula yang hanya menjalani tradisi, tanpa pemahaman makna. Jika demikian, maka qurban yang dilakukan bisa kehilangan ruhnya.

2. Menghidupkan Sunnah Nabi Ibrahim AS

Ibadah qurban memiliki akar sejarah yang sangat kuat. Ia berasal dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Ismail. Saat keduanya menunjukkan kepatuhan total, Allah mengganti Ismail dengan hewan sembelihan.

“Maka tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (Kami pun memanggilnya), ‘Wahai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu.'” (QS As-Saffat: 103-105)

Berqurban adalah bentuk penghormatan kepada perjuangan dan ketaatan luar biasa itu. Maka ketika kita ikut menyembelih hewan, kita sedang menapaki jejak para nabi. Kita diajak untuk merenungi nilai kepasrahan mutlak kepada Allah.

Namun, banyak yang lupa sejarah ini. Qurban menjadi rutinitas tanpa renungan. Daging dibagikan, tetapi hati tak berubah. Padahal, ibadah ini seharusnya menjadi momentum mendekatkan diri kepada Allah secara spiritual, bukan hanya sosial.

3. Pahala yang Terus Mengalir

Dalam hadist, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak Adam di hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah sebelum menetes ke bumi. Maka ikhlaskanlah berqurban itu.” (HR Tirmidzi)

Hadist ini menunjukkan bahwa qurban memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah. Bahkan darah hewan yang menetes pun sudah membawa pahala sebelum mencapai tanah. Sebuah balasan yang luar biasa untuk amalan yang, bagi sebagian orang, terasa berat dilakukan.

Sayangnya, sebagian umat masih menunda-nunda niat berqurban. Ada yang menunggu kaya dulu, ada pula yang merasa belum mampu, padahal mereka mampu membeli barang mewah yang lebih mahal dari harga seekor kambing.

 

 

4. Berqurban Membersihkan Harta dan Jiwa

Ketika kita mengeluarkan sebagian harta untuk berqurban, sejatinya kita sedang menyucikan apa yang kita miliki. Dalam Islam, salah satu tujuan utama sedekah dan ibadah harta lainnya adalah membersihkan jiwa dari sifat kikir, tamak, dan cinta dunia yang berlebihan.

Berqurban mengajarkan keikhlasan. Mengajarkan bahwa segala yang kita miliki bukan milik kita, melainkan titipan yang sewaktu-waktu bisa diminta kembali. Ia juga mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada memberi, bukan mengumpulkan.

Namun, masih banyak yang merasa berat untuk melepaskan. Rasa kehilangan lebih dominan daripada harapan akan pahala. Padahal setiap rupiah yang dikeluarkan demi qurban akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik oleh Allah.

5. Qurban Membawa Berkah Sosial

Berqurban bukan hanya ibadah personal, tetapi juga berdampak besar secara sosial. Daging qurban dibagikan kepada fakir miskin, tetangga, dan kerabat. Dalam satu hari, ratusan keluarga bisa merasakan nikmatnya daging yang mungkin hanya mereka cicipi setahun sekali.

Qurban mengajarkan solidaritas. Menghapus kesenjangan. Membuat mereka yang kekurangan merasa diperhatikan. Ini adalah bentuk kasih sayang yang diajarkan Islam kepada umatnya.

Namun kita juga harus jujur. Tak jarang, pembagian qurban justru menimbulkan perselisihan. Ada yang iri, ada yang berebut. Bahkan ada yang menjadikan momen ini ajang pencitraan. Maka dari itu, penting untuk menjaga niat, agar kebaikan ini tidak tercoreng oleh niat duniawi. 

Akhir kata, Berqurban adalah ibadah yang memadukan keimanan, pengorbanan, dan kemanusiaan. Ia bukan hanya menyembelih hewan, tetapi menyembelih ego. Bukan hanya membagi daging, tapi juga menyebar keberkahan. Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak hanya mampu, tetapi juga mau melaksanakannya dengan hati yang ikhlas dan jiwa yang tenang.

Bagikan:

Related Post