Bisakah Seseorang Dianggap Nabi Meski Punya Banyak Dosa

Bisakah Seseorang Dianggap Nabi Meski Punya Banyak Dosa

Dunia sering kali menilai seseorang dari masa lalunya, menimbang dari luka yang pernah ia toreh atau dosa yang pernah ia perbuat. Namun pertanyaannya apakah ukuran ilahi sejalan dengan cara pandang manusia. Apakah mungkin seseorang yang pernah bergelimang dosa tetap bisa diangkat derajatnya oleh Allah hingga mencapai maqam kenabian

Pertanyaan ini sering muncul ketika membahas sejarah para nabi dan rasul. Ada sebagian pihak yang bertanya benarkah para nabi itu benar-benar bersih dari dosa atau mungkinkah Allah memilih seorang yang dulunya berdosa menjadi pembawa risalah. Untuk menjawabnya mari kita menelusuri jejak kenabian melalui lensa Al-Qur’an dan hadist yang shahih.

 

Bisakah Seseorang Dianggap Nabi Meski Punya Banyak Dosa

Pertama kita perlu memahami bahwa nabi adalah pilihan langsung dari Allah. Tidak ada proses pemilihan berdasarkan suara terbanyak atau prestasi duniawi. Pemilihan ini murni berdasarkan kehendak-Nya yang Maha Mengetahui siapa yang layak mengemban amanah besar tersebut. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: ” Allah memilih rasul-rasul-Nya dari kalangan malaikat dan manusia sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Hajj ayat 75)

Ayat ini menegaskan bahwa pemilihan seorang nabi bukan karena ia sempurna sejak awal tetapi karena Allah mengetahui bahwa hatinya bersih mampu menerima wahyu dan bersungguh-sungguh menjalankan tugasnya

Namun apakah para nabi tidak pernah berdosa. Dalam catatan sejarah Islam para ulama sepakat bahwa para nabi adalah maksum yaitu terjaga dari dosa besar terutama setelah diangkat sebagai nabi. Sebelum masa kenabian beberapa nabi mungkin pernah melakukan kesalahan kecil yang sifatnya manusiawi tetapi tidak sampai merusak keimanan atau akhlak mereka

Sebagai contoh Nabi Musa pernah secara tidak sengaja membunuh seseorang saat masih berada di Mesir. Dalam Al-Qur’an diceritakan
Musa membunuh orang itu lalu ia berkata Ini adalah perbuatan setan sesungguhnya ia adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata.” (QS Al-Qasas ayat 15)

Setelah kejadian itu Nabi Musa segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah yang langsung mengampuninya. Ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang pernah berbuat dosa jika hatinya lembut dan segera bertaubat maka Allah bisa mengangkat derajatnya setinggi-tingginya bahkan menjadi seorang nabi

Hal serupa juga terjadi pada Nabi Yunus yang pernah meninggalkan kaumnya sebelum mendapat izin dari Allah. Karena kesalahan itu ia dihukum dalam perut ikan besar selama beberapa waktu. Namun karena ia terus berdoa dan memohon ampun akhirnya Allah menyelamatkannya dan menjadikannya pelajaran bagi umat manusia. Doa Nabi Yunus yang sangat terkenal adalah
Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minaz-zhaalimin (Tidak ada Tuhan selain Engkau Mahasuci Engkau sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim)

Dari sini kita belajar bahwa kesalahan atau dosa tidak menghalangi rahmat Allah untuk menetapkan seseorang sebagai nabi selama orang itu memiliki hati yang bertobat dan tunduk pada kehendak-Nya. Kunci utamanya adalah taubat dan kerendahan hati bukan kesempurnaan mutlak

Lebih jauh lagi kita bisa melihat bahwa Islam adalah agama yang sangat menghargai proses bukan hanya hasil. Allah tidak hanya melihat siapa kita sekarang tetapi juga bagaimana kita berjuang memperbaiki diri. Maka bukan tidak mungkin seseorang yang dulunya bergelimang dosa ketika dia berubah dan bersih hatinya dia bisa menjadi pribadi yang sangat dicintai oleh Allah

Rasulullah SAW bersabda: ” Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR Tirmidzi)

Hadist ini menegaskan bahwa kesalahan adalah bagian dari kehidupan manusia bahkan dari para nabi sebelum kenabiannya. Namun mereka tidak berlama-lama dalam kesalahan itu. Mereka segera sadar segera kembali dan menunjukkan keikhlasan yang luar biasa dalam bertobat. Inilah yang membuat Allah ridha dan memilih mereka menjadi pemimpin spiritual bagi umat manusia

Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa dosa di masa lalu tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk diangkat derajatnya oleh Allah. Namun tentu saja derajat kenabian adalah pilihan ilahi bukan sesuatu yang bisa dicapai hanya dengan usaha pribadi. Itu adalah hak prerogatif Allah yang memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya

Dalam konteks kehidupan kita sekarang meski tidak mungkin ada nabi setelah Muhammad SAW tetapi prinsip ini tetap berlaku. Allah bisa mengangkat derajat siapa pun yang dulunya berdosa asalkan ia bertobat dengan sungguh-sungguh dan menjalani hidup yang penuh kebaikan. Dalam Islam banyak sekali contoh orang-orang yang dulunya hina kemudian menjadi mulia karena taubat mereka yang ikhlas

Sebut saja sahabat Umar bin Khattab yang sebelum masuk Islam sangat memusuhi Rasulullah. Namun setelah masuk Islam dan menjalani hidup dengan penuh iman dan ketakwaan ia menjadi salah satu sahabat paling mulia dan bahkan disebut oleh Rasulullah sebagai salah satu penghuni surga

Ini semua menunjukkan bahwa masa lalu tidak selamanya menentukan masa depan. Yang menentukan adalah hati yang bertaubat dan semangat untuk terus memperbaiki diri. Allah mencintai hamba-Nya yang selalu kembali kepada-Nya walaupun pernah jatuh dalam dosa yang besar. 

Jadi ketika ada yang bertanya bisakah seseorang dianggap nabi meski punya banyak dosa jawabannya adalah secara teologis tidak ada nabi setelah Muhammad SAW namun dalam sejarah para nabi ada yang pernah melakukan kesalahan sebelum diangkat sebagai nabi dan Allah tetap memilih mereka karena keikhlasan mereka dalam bertaubat dan kesungguhan mereka dalam menjalani perintah-Nya

Dari sini kita belajar satu hal penting bahwa Allah tidak menilai kita dari catatan hitam masa lalu melainkan dari bagaimana kita menyucikan diri di masa kini. Dan bahwa siapa pun bisa menjadi kekasih Allah asal hatinya bersih niatnya lurus dan amalnya penuh keikhlasan.sucikan diri dengan zakat melalui kami disini ya

Bagikan:

Related Post