Proses Allah Meniupkan Ruh Manusia

Proses Allah Meniupkan Ruh Manusia

Setiap manusia pasti pernah bertanya-tanya, dari manakah asal kehidupan ini dimulai. Bagaimana mungkin dari sebutir sel kecil, tubuh kita terbentuk sempurna, hingga akhirnya mampu melihat, merasa, mencintai, dan berpikir. Jawaban atas semua keajaiban ini bermuara pada satu proses ilahi yang tidak bisa dinalar hanya dengan logika, yaitu saat Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia. Sebuah proses sakral yang hanya bisa dijelaskan melalui wahyu, bukan sekadar riset ilmiah

Ruh adalah nafas kehidupan yang membuat tubuh manusia bernyawa. Sebelum ditiupkannya ruh, tubuh hanyalah jasad tanpa daya, lemah dan tak bernilai. Namun saat ruh mulai mengisi rongga tubuh, maka kehidupan pun dimulai. Ini adalah momen yang penuh misteri, menggetarkan, dan membawa kita merenung tentang betapa kecilnya kita di hadapan kekuasaan Allah.

 

Proses Allah Meniupkan Ruh Manusia

Allah SWT telah menjelaskan dengan sangat halus dan penuh kemuliaan tentang proses ini dalam Al-Qur’an: Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh ciptaan-Nya.” (QS As-Sajdah ayat 9)

Ayat ini memperlihatkan bahwa ruh bukan sekadar energi atau nafas, melainkan sesuatu yang berasal langsung dari perintah Allah. Bukan bagian dari-Nya, tapi diciptakan oleh-Nya, dari dimensi yang tak tersentuh oleh dunia

Rasulullah SAW juga menjelaskan dengan sangat jelas mengenai waktu ditiupkannya ruh ke dalam janin. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, beliau bersabda:”Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nutfah, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Lalu diutuslah malaikat dan ditiupkan ruh kepadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Mendengar hadist ini, hati siapa yang tidak tersentuh. Sebuah perjalanan yang sunyi, jauh dari sorotan dunia, berlangsung dalam gelapnya rahim seorang ibu, namun penuh dengan cahaya kasih sayang dari langit. Dalam momen itu, tak hanya ruh yang ditiupkan, tetapi juga dituliskan takdir, rezeki, usia, dan nasib seseorang. Betapa agungnya rahasia kehidupan yang dimulai dengan tiupan ruh

Namun di balik keagungan proses itu, ada kesedihan bagi mereka yang kehilangan ruh sebelum waktunya. Ada janin yang tak sempat lahir, ada anak yang tak pernah tumbuh, dan ada tangisan ibu yang tak pernah terjawab. Semua itu menjadi bagian dari rencana Allah yang kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya dengan lapang dada. Di sanalah letak ketundukan kita sebagai hamba. Tidak semua yang terjadi harus dimengerti, cukup diyakini bahwa Allah tidak mungkin berbuat tanpa hikmah

Proses meniupkan ruh juga menjadi titik awal pertanggungjawaban manusia. Karena ruh adalah amanah, maka kehidupan adalah ujian. Kita tidak diciptakan untuk sia-sia, tidak pula untuk sekadar hidup dan mati. Tapi untuk mengenal Allah, mencintai-Nya, dan kembali dalam keadaan selamat. Maka ruh yang ada dalam diri ini bukan untuk disia-siakan, bukan pula untuk dijajah oleh hawa nafsu, melainkan harus diarahkan menuju jalan yang diridhai oleh-Nya.

Ketika seseorang memahami bagaimana Allah meniupkan ruh, maka ia akan lebih menghargai hidup. Ia akan berhenti memaki kekurangan diri, berhenti membandingkan dengan orang lain, dan mulai mensyukuri bahwa ia adalah makhluk yang dipilih untuk diberi kehidupan. Ia tidak akan meremehkan waktu, karena tahu bahwa setiap detik adalah bagian dari hidup yang ditiupkan oleh kekuasaan Allah

Namun tak bisa dipungkiri bahwa tidak semua manusia menyadari betapa berharganya ruh dalam tubuhnya. Ada yang menyia-nyiakan hidup dengan maksiat, menghabiskan umur dalam kelalaian, dan akhirnya merasakan kehampaan yang tak terobati. Jiwa mereka gelisah, karena ruh mereka haus akan cahaya keimanan. Dan di situlah pentingnya kembali mengingat asal mula kehidupan. Bahwa ruh yang kini membuat kita bisa bernapas, adalah hadiah dari langit yang tidak boleh kita nodai

Ada kalanya ruh itu terasa berat, lelah memikul dosa dan luka. Tapi Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya terjatuh tanpa harapan. Ia mengirimkan Al-Qur’an sebagai pelipur lara, dan Rasulullah sebagai penuntun jiwa. Maka siapa pun yang merasa jauh, kembalilah. Siapa pun yang merasa sesat, carilah jalan pulang. Karena ruh ini akan kembali pada penciptanya, entah dalam keadaan bersih atau penuh noda

Setiap malam, ketika kita tidur, sebenarnya Allah sedang mencabut ruh kita sementara. Lalu ketika pagi datang, Allah mengembalikannya lagi agar kita bisa memperbaiki diri. Maka hidup ini sesungguhnya adalah kesempatan demi kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Dan siapa yang mempergunakan hidupnya dengan baik, maka ruhnya akan kembali dalam keadaan yang dirindukan oleh langit

Bagikan:

Related Post