Mengenal Lebih Dekat Zakat Penghasilan

Mengenal Lebih Dekat Zakat Penghasilan

Setiap rupiah yang kita dapatkan dari hasil jerih payah bukan hanya sekadar rezeki, tetapi juga amanah. Di balik angka-angka penghasilan bulanan yang masuk ke rekening, tersimpan hak orang lain yang sering kali terlupakan. Itulah sebabnya zakat penghasilan hadir sebagai bentuk pembersihan harta dan sarana menyeimbangkan kehidupan sosial umat.

Zakat ini menjadi semakin penting di era modern, di mana jenis pekerjaan dan bentuk penghasilan terus berkembang. Jika dulu zakat hanya dikenal dari pertanian, peternakan, dan perdagangan, kini profesi seperti dokter, guru, pegawai kantoran, bahkan pekerja lepas pun termasuk dalam kategori yang bisa terkena kewajiban zakat, tergantung dari jumlah pendapatan yang mereka hasilkan.

Namun sayangnya, kesadaran akan zakat penghasilan belum sepenuhnya merata. Masih banyak yang mengira zakat hanya milik orang kaya, pengusaha besar, atau mereka yang hidup bergelimang harta. Padahal, siapapun yang menerima penghasilan tetap dan telah memenuhi batas minimum (nishab), berkewajiban untuk mengeluarkan sebagian kecil dari penghasilannya sebagai zakat.

Mengenal Dekat Apa Itu Zakat Penghasilan?

Zakat penghasilan adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Bisa berasal dari gaji bulanan, honorarium, jasa profesional, ataupun upah. Berbeda dengan zakat maal (harta) yang dihitung setahun sekali, zakat ini dapat ditunaikan setiap kali menerima penghasilan, baik secara bulanan maupun tahunan.

Allah SWT berfirman: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS At-Taubah: 103)

Ayat ini menegaskan bahwa zakat bukan hanya perintah, tetapi sarana untuk membersihkan diri dari keserakahan dan menyucikan harta agar menjadi berkah. Zakat tidak membuat seseorang miskin, justru menjadi sebab bertambahnya rezeki dan turunnya pertolongan Allah.

Dalil Pendukung Zakat Penghasilan

Rasulullah SAW bersabda: “Setiap ruas tulang manusia wajib disedekahi setiap hari. Membantu seseorang menaikkan barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah, mengucap kata baik adalah sedekah, setiap langkah menuju salat adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadist ini menggambarkan betapa Islam mendorong kedermawanan dalam setiap aspek hidup. Jika sekadar langkah menuju masjid bernilai sedekah, bagaimana dengan penghasilan tetap yang besar nilainya? Tentu jauh lebih besar tanggung jawabnya untuk berbagi.

Mengapa Zakat Ini Begitu Penting?

Zakat penghasilan adalah bentuk nyata dari empati sosial. Ketika seseorang menerima gaji puluhan juta, sementara di sekitarnya ada yang kesulitan makan, maka zakat menjadi jembatan untuk menghadirkan keadilan. Islam tidak hanya bicara spiritualitas, tetapi juga solusi nyata terhadap ketimpangan sosial.

Namun, di balik pentingnya zakat ini, masih banyak orang yang enggan melakukannya. Beberapa alasannya sederhana: “Gaji saya pas-pasan”, “saya masih banyak utang”, atau bahkan “saya sudah bayar pajak”. Padahal, zakat adalah ibadah, sedangkan pajak adalah kewajiban negara. Keduanya tidak bisa disamakan, meskipun kadang serupa dalam teknis.

Kriteria dan Cara Menghitung

Secara umum, nishab zakat penghasilan disamakan dengan nishab emas, yakni sekitar 85 gram emas. Jika dihitung dengan nilai emas hari ini, maka penghasilan yang mencapai sekitar Rp85 juta per tahun (atau sekitar Rp7 juta per bulan) sudah terkena wajib zakat. Kadar zakatnya adalah 2.5% dari total penghasilan bersih (setelah dikurangi kebutuhan pokok dan tanggungan wajib).

Contohnya, jika seseorang memiliki penghasilan Rp10 juta per bulan dan kebutuhan pokoknya Rp5 juta, maka zakatnya dihitung dari sisa Rp5 juta, yakni 2.5% dari Rp5 juta = Rp125.000 per bulan.

Jumlah ini mungkin tampak kecil, tetapi jika dilakukan oleh jutaan Muslim yang berpenghasilan, maka akan menjadi kekuatan besar yang mampu menghapus kemiskinan, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan umat.

Sentimen Baik dan Buruk

Di satu sisi, banyak yang merasakan manfaat dari zakat. Mereka yang menunaikannya dengan ikhlas merasa hidupnya lebih tenang, rezekinya lebih lapang, dan hatinya lebih ringan. Mereka sadar bahwa harta yang mereka miliki hanyalah titipan, dan dengan berbagi, mereka sedang berinvestasi untuk akhirat.

Namun di sisi lain, ada pula yang merasa berat. Setiap bulan gaji terasa kurang, kebutuhan terus bertambah, dan rasa cemas tak pernah reda. Lalu mereka menahan zakat, mengira bisa menstabilkan keuangan. Padahal bisa jadi, justru karena tidak menunaikan zakat, keberkahan harta mereka terhalang.

Islam tidak menuntut semua orang berzakat. Hanya mereka yang mampu, yang sudah melebihi batas tertentu. Tapi jika seseorang telah diberi kecukupan, lalu menolak berbagi, maka bukan hanya hak orang lain yang dirampas, tapi juga risiko datangnya azab yang nyata.

Mengenal lebih dekat zakat penghasilan adalah langkah penting untuk menyadarkan diri bahwa setiap rezeki membawa tanggung jawab. Bukan untuk menyulitkan, tapi untuk menyucikan. Bukan untuk mengurangi, tapi untuk melimpahkan berkah.

Mari kita buka hati, hitung ulang penghasilan kita, dan tanyakan: “Adakah hak orang lain dalam harta ini?” Jika jawabannya ya, maka segeralah tunaikan. Karena bisa jadi, kebahagiaan yang kita cari justru ada di tangan orang yang menerima zakat kita. tunaikan zakat kamu di zakatdailycom

Bagikan:

Related Post