Hukum Membantu Sesama Manusia

Hukum Membantu Sesama Manusia

Dalam dunia yang semakin dipenuhi kesibukan dan kompetisi, seringkali kita lupa bahwa esensi hidup yang paling dalam justru terletak pada kepedulian terhadap orang lain. Kita dikelilingi oleh orang-orang yang mungkin diam-diam sedang berjuang melawan rasa lapar, kesepian, atau duka yang tak terlihat. Namun sering kali pula, kita terlalu sibuk melihat ke atas hingga lupa menengok ke samping. Padahal, membantu sesama bukan hanya tindakan sosial, melainkan bagian dari ibadah yang memiliki nilai tinggi dalam pandangan Allah.

Islam tidak pernah memisahkan urusan ibadah kepada Tuhan dengan hubungan antar manusia. Seseorang yang rajin beribadah tapi menutup mata terhadap penderitaan saudaranya, belum tentu mendapat tempat mulia di sisi-Nya. Sebaliknya, orang yang hatinya lembut terhadap sesama, yang tangannya ringan untuk memberi, yang langkahnya cepat untuk menolong, seringkali lebih dicintai oleh langit meski amal ibadahnya tak begitu tampak oleh manusia.

 

Hukum Membantu Sesama Manusia

Dalam sebuah hadist yang begitu menyentuh, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang memudahkan urusan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Hadist ini bukan sekadar janji, tetapi juga arahan. Ia menjelaskan bahwa membantu orang lain sejatinya adalah investasi untuk diri sendiri. Di dunia, kita menuai kebaikan. Di akhirat, kita menemukan balasan yang lebih baik dari apa pun yang kita beri.

Namun tidak sedikit orang yang enggan menolong. Ada yang merasa tidak punya cukup, ada yang takut dimanfaatkan, dan ada pula yang merasa bahwa membantu bukan tugasnya. Kadang-kadang, rasa individualisme tumbuh begitu liar, membuat seseorang lupa bahwa suatu hari ia pun bisa berada dalam posisi lemah, membutuhkan uluran tangan

Ada juga yang membantu tapi dengan niat yang tercemar. Menolong agar dipuji. Memberi agar dihormati. Mengulurkan tangan bukan karena iba, tapi karena ingin mendapat imbalan tersembunyi. Padahal dalam Islam, niat adalah segalanya. Tangan kanan memberi, tangan kiri pun tak perlu tahu. Bantuan yang paling murni adalah yang lahir dari hati, bukan dari keinginan untuk dilihat.

Di sisi lain, membantu tidak selalu berarti memberi uang. Kadang cukup dengan mendengarkan. Cukup dengan hadir di saat yang lain menjauh. Bahkan menyingkirkan duri di jalan, mempermudah urusan administrasi seseorang, memberi tumpangan, atau tersenyum di saat orang lain merasa dunia sedang membencinya—semua itu adalah bentuk bantuan yang bisa jadi sangat berarti

Al-Qur’an juga memerintahkan manusia untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Dalam surah Al-Ma’idah ayat 2, Allah berfirman:
“Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”

Ayat ini menjadi landasan bahwa menolong adalah perintah, bukan hanya pilihan. Selama niatnya benar dan caranya halal, maka setiap bantuan adalah sedekah yang akan kembali pada kita dalam bentuk yang tak selalu bisa dihitung dengan angka

Namun tak jarang kita juga melihat bantuan yang disalahgunakan. Orang yang seharusnya dibantu justru memanipulasi kebaikan orang lain. Ada pula yang menjadikan belas kasihan sebagai senjata untuk mengelabui. Inilah sisi gelap dari dunia kemanusiaan. Tapi apakah karena itu kita harus berhenti menolong? Tentu tidak. Kebaikan kita tidak bisa ditakar dengan kelakuan orang lain. Biarlah Allah yang menilai dan membalas

Dalam kehidupan nyata, para tokoh besar—termasuk para pemimpin sejati—selalu menunjukkan kepedulian terhadap rakyat kecil. Mereka turun langsung, bukan hanya bicara di balik podium. Mereka hadir di saat rakyat tertimpa musibah, bukan hanya muncul saat kamera menyala. Inilah cerminan pemegang amanah sejati. Dan dari mereka pula kita belajar bahwa memberi adalah tugas kemanusiaan, bukan pencitraan

Bagi seorang individu, membantu orang lain bisa menjadi penyelamat dari api neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan separuh buah kurma.” (HR Bukhari)

Hadist ini menyentil dengan lembut tapi tegas. Bahkan sesuatu yang kecil jika diberikan dengan ikhlas, bisa menjadi penolong yang luar biasa di akhirat nanti. Maka jangan remehkan kebaikan, sekecil apa pun. Jangan tunggu kaya untuk berbagi. Jangan tunggu sempurna untuk menolong

Hidup terlalu singkat untuk bersikap masa bodoh. Hari ini mungkin kita penolong, tapi besok bisa jadi kita yang memohon pertolongan. Hari ini kita memberi, mungkin besok giliran kita menerima. Dunia berputar, dan yang kita tabur akan kembali kepada kita, entah cepat atau lambat

Akhirnya, hukum membantu sesama manusia dalam Islam bukan sekadar anjuran. Ia adalah keharusan moral, sosial, dan spiritual. Ia adalah bagian dari iman yang hidup. Semakin sering kita menolong, semakin hidup pula hati kita. Dan dunia pun akan terasa lebih hangat, lebih ramah, lebih manusiawi

Bagikan:

Related Post