5 Hal Yang Paling Disukai Nabi Muhammad

5 Hal Yang Paling Disukai Nabi Muhammad

Setiap umat Islam pasti mencintai Nabi Muhammad SAW. Namun, mencintai tidak cukup hanya dalam kata. Cinta sejati lahir dari usaha untuk meneladani, meniru, dan mengikuti setiap sisi kehidupan beliau. Salah satu bentuk kecintaan yang bisa kita wujudkan adalah dengan mengetahui apa saja yang paling disukai oleh Rasulullah SAW dalam keseharian hidupnya.

Mengetahui hal-hal yang beliau sukai tidak hanya menambah kedekatan emosional, tetapi juga menjadi panduan hidup bagi kita. Karena apa yang disukai oleh Rasulullah pasti memiliki hikmah, nilai, dan pelajaran yang mendalam bagi umatnya. Dan sebaliknya, jika kita jauh dari hal-hal yang beliau cintai, maka kita patut bertanya: sejauh mana cinta kita padanya?

Berikut lima hal yang paling disukai oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana disebutkan dalam hadist-hadist yang sahih dan kisah para sahabat. 

5 Hal Yang Paling Disukai Nabi Muhammad

1. Shalat

Shalat bukan hanya ibadah wajib. Bagi Rasulullah, shalat adalah penyejuk hati. Ia adalah tempat curhat, tempat memohon, dan tempat mendekat kepada Sang Pencipta. Dalam sebuah hadist, beliau bersabda: “Dan dijadikan penyejuk mataku dalam shalat.” (HR An-Nasa’i)

Beliau tidak pernah meninggalkan shalat, bahkan dalam keadaan sakit atau perang sekalipun. Shalat menjadi detak jantung spiritual Rasulullah, dan dari sana pula beliau mengajarkan bahwa segala masalah bisa ditenangkan melalui sujud.

Sayangnya, hari ini banyak yang menganggap shalat sebagai beban. Ia dilakukan terburu-buru, tanpa penghayatan, dan hanya sebagai rutinitas. Padahal, jika ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, shalat harus kembali dijadikan sebagai kebutuhan, bukan kewajiban semata.

2. Wewangian

Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga kebersihan dan keharuman tubuh. Beliau menyukai wangi-wangian, terutama saat hendak bertemu dengan orang lain atau menjelang ibadah. Dalam sebuah hadist disebutkan: “Diberikan kepadaku kecintaan terhadap wanita dan wewangian, dan dijadikan shalat sebagai penyejuk hatiku.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)

Wewangian yang disukai Nabi bukan sekadar untuk kenyamanan pribadi, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada sesama. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat mementingkan kebersihan, kerapian, dan estetika. Namun, di zaman sekarang, masih ada yang menganggap wangi-wangian sebagai hal mewah dan tak perlu. Padahal bagi Rasulullah, ini adalah bagian dari adab dan sunnah.

3. Wanita yang Salehah

Nabi Muhammad sangat menghargai perempuan, terutama yang menjaga kehormatannya, taat kepada suami, dan berakhlak mulia. Wanita yang salehah adalah permata dunia yang paling berharga. Dalam sabdanya, Rasulullah menyatakan: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang salehah.” (HR Muslim)

Beliau menyukai istri-istrinya karena kesalehan dan keteguhan mereka dalam mendampingi perjuangannya. Khadijah, Aisyah, Hafshah, Ummu Salamah—semuanya menjadi contoh betapa Rasulullah sangat menghargai perempuan bukan dari penampilan semata, tetapi dari akhlak dan komitmen mereka kepada agama.

 

 

Namun sayangnya, dalam budaya hari ini, perempuan sering kali diukur dari standar duniawi: cantik, populer, atau kaya. Maka jika ingin hidup diberkahi dan dicintai Rasulullah, kembalilah pada nilai-nilai keutamaan, bukan kemewahan semu.

4. Makanan Sederhana

Rasulullah tidak pernah memandang makanan dengan tamak. Beliau sangat sederhana dalam urusan makan, dan lebih menyukai makanan yang tidak berlebihan. Kurma, air, roti gandum, dan cuka sering menjadi menu beliau. “Kecap (cuka) adalah sebaik-baik lauk.” (HR Muslim)

Nabi mengajarkan bahwa yang penting dari makanan bukanlah mewahnya, melainkan keberkahannya. Hari ini, gaya hidup konsumtif menjauhkan kita dari sunnah. Banyak yang makan demi gaya, bukan kebutuhan. Padahal, kesederhanaan adalah salah satu hal yang sangat disukai Rasulullah, bahkan menjadi ciri utama kehidupannya.

5. Memberi dan Memaafkan

Nabi Muhammad adalah pribadi yang sangat pemaaf. Bahkan ketika musuh-musuhnya memusuhi dan menyakitinya, beliau tidak pernah menyimpan dendam. Dalam peristiwa Fathu Makkah, ketika beliau masuk ke kota yang dahulu mengusir dan menyakitinya, beliau memaafkan mereka semua. “Pergilah kalian, karena kalian telah bebas.” (HR Ibnu Ishaq)

Sikap lapang dada inilah yang menjadikan Rasulullah disukai oleh kawan maupun lawan. Bahkan orang-orang yang membenci beliau akhirnya luluh karena kelembutan hatinya. Namun, di zaman yang penuh amarah ini, memaafkan dianggap kelemahan. Orang lebih suka membalas daripada memberi maaf. Padahal, justru dari memaafkan itulah keagungan sejati muncul.

Bagikan:

Related Post