Profil Baginda Nabi Muhammad

Profil Baginda Nabi Muhammad

Menyebut nama Nabi Muhammad ﷺ bukan sekadar menyebut tokoh sejarah tetapi membuka lembaran cinta kasih keteladanan dan cahaya yang menerangi gelapnya zaman. Profil beliau bukan hanya sebatas sosok manusia biasa melainkan cerminan sempurna dari akhlak mulia yang diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Bahkan sebelum menerima wahyu beliau telah dikenal sebagai pribadi jujur dan terpercaya yang dijuluki Al-Amin oleh kaumnya.

Namun tak semua mata mampu menatap kemuliaannya sebagaimana mestinya. Dalam sejarah panjang peradaban ada mereka yang mencintai dan meneladaninya sepenuh jiwa dan ada pula yang mencaci dan membencinya tanpa sebab. Maka mengenal profil Nabi Muhammad bukanlah pilihan tapi kewajiban bagi setiap muslim sebagai bentuk penghormatan terhadap utusan terakhir yang membawa risalah Islam yang agung.

Lahir di tengah masyarakat jahiliyah yang sarat dengan kezaliman, penindasan, dan penyembahan berhala beliau tumbuh sebagai anak yatim yang diasuh penuh kasih oleh sang kakek Abdul Muththalib dan kemudian oleh pamannya Abu Thalib. Sejak kecil kepribadian beliau telah menonjol dari generasi sebayanya. Beliau tidak pernah berbohong tidak pernah menyakiti tidak pernah menipu bahkan dalam usia muda sudah dipercaya membawa barang dagangan milik Khadijah seorang pengusaha wanita terkemuka Quraisy.

Dalam perjalanan bisnis beliau ke Syam seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira melihat tanda-tanda kenabian yang belum tampak di mata orang kebanyakan. Namun bagi mereka yang hatinya bersih, cahayanya tidak bisa ditutupi oleh apa pun. Kejujuran dan kesabaran beliau dalam berdagang membuat Khadijah tertarik tidak hanya secara bisnis tetapi juga secara hati. Maka pernikahan keduanya menjadi awal dari fase kedewasaan yang lebih mendalam sebelum menerima wahyu pertama.

Keagungan Akhlak Rasulullah

Allah SWT menyebut dalam surat Al-Qalam ayat 4 bahwa sesungguhnya engkau wahai Muhammad benar-benar berada di atas akhlak yang agung. Sebuah pengakuan langsung dari Sang Pencipta yang tidak bisa disangkal oleh siapa pun. Profil Nabi Muhammad ﷺ adalah representasi dari cinta yang mampu menaklukkan kebencian, kelembutan yang mampu memadamkan api permusuhan, dan keberanian yang mampu menghadapi kebatilan dengan keteguhan luar biasa.

Ketika beliau dihina oleh orang kafir Quraisy, dilempari batu di Thaif, dan dituduh gila oleh mereka yang buta hati, beliau tidak membalas dengan kemarahan tetapi dengan doa dan harapan semoga Allah memberi hidayah kepada mereka. Ketika beliau menang dalam Perang Fath Makkah dan memiliki kekuasaan penuh untuk membalas semua kezaliman yang pernah ditimpakan, beliau justru berkata, “Pergilah kalian, kalian bebas.”

Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Aisyah RA pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah. Ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” Satu jawaban singkat yang menggambarkan bagaimana profil Nabi Muhammad adalah perwujudan nyata dari setiap nilai dalam wahyu. Tidak ada jarak antara ucapan dan perbuatan. Tidak ada kemunafikan. Tidak ada kepura-puraan. Beliau hidup sebagaimana yang beliau sampaikan dan menyampaikan apa yang beliau yakini dari Allah.

Namun dalam dunia yang semakin materialistis ini, banyak orang yang mengaku cinta pada Nabi tetapi tak mengenal siapa beliau sebenarnya. Mereka mengabaikan sunnahnya, meremehkan hadisnya, bahkan membela musuh-musuhnya atas nama toleransi dan kemajuan. Padahal cinta yang sejati tak akan pernah lahir dari ketidaktahuan.

Perjuangan dan Luka yang Tersembunyi

Sebagian orang melihat profil Nabi Muhammad hanya dari sisi kelembutan dan kasih sayang. Padahal beliau juga manusia yang merasakan luka, kehilangan, dan duka mendalam. Beliau kehilangan ibunya saat masih kecil, kehilangan kakeknya tidak lama setelah itu, dan kehilangan istri tercinta dan paman pelindungnya di tahun yang sama yang kemudian disebut sebagai tahun kesedihan.

Beliau memikul beban risalah yang berat ditolak oleh kaumnya, diasingkan oleh kerabatnya, dan bahkan diburu untuk dibunuh hanya karena mengajak kepada kebenaran. Namun tak sekalipun beliau berpaling. Tak sekalipun beliau mengeluh. Hatinya tetap kokoh dan sabarnya melebihi gunung. Dalam hadist riwayat Tirmidzi, beliau bersabda, “Aku telah diuji dalam jalan Allah sebagaimana tak ada seorang pun yang diuji sepertiku.”

Ketika umatnya menghina beliau dengan kartun, fitnah, dan kebohongan, hati orang-orang beriman pun tergores. Tapi cukup dengan mengingat bagaimana beliau dulu diperlakukan dan bagaimana beliau bersabar, maka rasa cinta pun akan kembali membuncah. Beliau adalah rahmat dalam setiap tangisan dan pelipur lara dalam setiap ujian.

Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa An-Nihayah menjelaskan bahwa tidak ada seorang nabi pun yang sedalam Rasulullah dalam mencintai umatnya. Bahkan menjelang wafat beliau tidak bertanya tentang keluarganya atau rumahnya, tetapi tentang umatnya. “Ummati, ummati,” kata beliau dengan suara lemah yang menyayat hati malaikat sekalipun.

Bagikan:

Related Post