Kepemimpinan Bangsa Oleh Penguasa Lalim dan Zalim

Kepemimpinan Bangsa Oleh Penguasa Lalim dan Zalim

Sejarah Islam tidak selalu berjalan di bawah kepemimpinan yang ideal. Dalam banyak periode, umat ini dipimpin oleh penguasa-penguasa lalim, zalim, bahkan kafir. Namun yang menarik, Islam tetap hidup. Umat tetap bangkit. Kebudayaan tetap berkembang. Ini membuktikan bahwa harapan tidak pernah mati meskipun dunia berada dalam genggaman kekuatan yang salah arah.

Kunci dari ketahanan ini terletak pada satu kekuatan: umat yang sadar. Ketika mayoritas rakyat memiliki kesadaran spiritual, intelektual, dan sosial, maka pengaruh pemimpin yang rusak tidak mampu membunuh nilai-nilai kebenaran. Justru, dari tekanan dan kezaliman itulah, muncul generasi yang tangguh, kritis, dan siap mengambil alih arah perubahan. Inilah yang kita butuhkan di masa kini.

Di tengah era digital yang membuka segala akses informasi, generasi muda memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menjadi pemimpin perubahan. Mereka memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya—kecepatan, kreativitas, dan jaringan global. Namun semua itu akan menjadi sia-sia jika mereka tidak dibekali dengan iman, ilmu, dan akhlak.

Zaman fitnah bukan hanya masa yang penuh kesulitan, tetapi juga masa ujian besar. Informasi bercampur dengan hoaks. Kebenaran dibungkus dalam kemasan yang membingungkan. Hanya mereka yang memiliki cahaya iman yang mampu melihat jalan dengan jelas. Rasulullah ﷺ menggambarkan zaman ini dalam sebuah hadis:

“Akan datang fitnah yang membuat seseorang di pagi hari beriman, tetapi di sore hari menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi keuntungan dunia.” (HR. Muslim)

Hadis ini adalah gambaran nyata tentang krisis identitas dan keimanan yang sedang menimpa umat saat ini. Banyak pemuda yang kehilangan arah. Mereka tidak tahu siapa panutannya, tidak yakin pada agamanya, dan lebih percaya pada opini dunia daripada wahyu langit. Dalam situasi seperti ini, peran pendidikan, dakwah, dan komunitas keislaman menjadi sangat penting.

Bangkitnya umat tidak harus menunggu pemimpin yang saleh. Justru, seringkali perubahan besar lahir dari bawah—dari masjid, dari keluarga, dari lingkaran kecil diskusi yang terus menyuarakan nilai-nilai Islam. Generasi muda perlu diberi peran dan kepercayaan untuk menjadi bagian dari solusi. Mereka tidak boleh hanya diminta untuk taat dan diam, tetapi juga diajak berpikir, berkarya, dan berdakwah.

Salah satu kekuatan terbesar pemuda adalah semangat. Semangat inilah yang membuat mereka bisa menjadi pelopor gerakan. Namun semangat tanpa arah bisa menyesatkan. Maka penting untuk mengarahkan mereka kepada ilmu yang benar dan pemahaman agama yang lurus. Rasulullah ﷺ mengandalkan para pemuda dalam misi besar Islam. Usamah bin Zaid memimpin pasukan besar di usia muda. Ali bin Abi Thalib menjadi penegak kebenaran sejak masa belia. Mereka tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki hati yang bersih dan komitmen yang tinggi terhadap agama.

Umat Islam harus mulai menanamkan dalam benak para pemuda bahwa dunia ini tidak bisa diperbaiki hanya dengan kritik. Perubahan tidak akan datang jika hanya mengutuk kegelapan, tetapi harus dengan menyalakan cahaya. Pemuda Islam harus berani menyalakan obor itu. Mereka harus menyiapkan diri menjadi pemimpin masa depan—bukan hanya pemimpin dalam kekuasaan, tetapi juga dalam pemikiran dan peradaban.

Zaman fitnah tidak bisa dihindari. Ia akan datang sebagaimana dijanjikan oleh Nabi. Namun, umat yang cerdas tidak akan pasrah. Mereka akan bersiap. Mereka akan membangun benteng ilmu, memperkuat iman, memperluas jaringan dakwah, dan menjaga umat dari dalam. Mereka bukan hanya pembaca sejarah, tetapi pencipta sejarah baru.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Hadis ini menjadi semangat perubahan yang harus terus hidup dalam dada setiap pemuda Muslim. Meskipun sistem bobrok, meskipun pemimpin tidak adil, selama masih ada yang menolak dengan hati, berbicara dengan lisan, dan bertindak dengan tangan yang benar, maka umat ini belum mati.

Kebangkitan sejati bukanlah kebangkitan politik semata, tetapi kebangkitan iman. Ketika pemuda kembali ke masjid, menjadikan ilmu sebagai fondasi hidup, dan tidak takut menyuarakan kebenaran, maka saat itulah fajar baru akan menyingsing. Zaman fitnah memang menakutkan, tetapi juga menyimpan peluang besar untuk melahirkan pahlawan-pahlawan baru yang akan menyelamatkan umat dari jurang kehancuran.

Bagikan:

Related Post