Hari Jumat sering disebut sebagai hari yang penuh keberkahan. Ia bukan sekadar hari kelima dalam hitungan pekan, tetapi juga dianggap sebagai raja dari segala hari. Umat Islam memuliakannya dengan berbagai ibadah khusus seperti membaca surah Al-Kahfi, memperbanyak shalawat, hingga menghadiri salat Jumat bagi laki-laki. Di antara amalan yang juga disorot adalah bersedekah di hari yang agung ini. Lalu muncul pertanyaan yang membuat hati bertanya-tanya, apakah benar setiap Jum’at kita wajib bersedekah?
Pertanyaan ini mungkin tampak sederhana, namun di baliknya ada perasaan galau. Ada rasa ingin memberi tapi juga ragu. Ada niat untuk berbuat baik, namun dibayangi keterbatasan. Apalagi jika kondisi ekonomi sedang tidak berpihak, membayangkan harus sedekah setiap Jum’at bisa menimbulkan tekanan tersendiri. Maka tulisan ini akan mengajak kita untuk menelusuri lebih dalam: benarkah setiap Jumat kita wajib mengeluarkan sedekah? Atau itu hanya anjuran yang penuh kebaikan?
Apa Itu Sedekah Di Hari Jumat
Sedekah, dalam pengertian syariat, bukan hanya memberikan uang atau makanan. Ia bisa berbentuk apa saja yang bermanfaat. Bahkan senyuman yang tulus pun dinilai sebagai sedekah. Dalam hadist, Rasulullah SAW bersabda: ” Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR Tirmidzi)
Namun saat berbicara tentang Jumat dan sedekah, kita tak bisa menutup mata dari keutamaan yang memang dijanjikan. Jumat adalah hari istimewa. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sedekah pada hari Jumat lebih utama dibandingkan hari-hari lainnya.” (HR Ibnu Khuzaimah)
Hadist ini jelas menggambarkan bahwa sedekah di hari Jumat memiliki nilai yang lebih besar. Namun yang perlu digarisbawahi, kata “lebih utama” bukan berarti “wajib”. Ini adalah anjuran, bukan keharusan. Tidak ada dosa jika seseorang tidak mampu bersedekah di hari Jumat. Tapi mereka yang mampu dan dengan ringan hati mengeluarkan sebagian hartanya, tentu akan mendapat keutamaan yang dijanjikan.
Sayangnya, masih ada yang memahami hadist ini dengan tekanan. Seakan-akan jika tidak bersedekah di hari Jumat, maka imannya dipertanyakan. Padahal agama tidak pernah membebani di luar batas kemampuan. Allah berfirman: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah ayat 286)
Ayat ini membawa kelegaan. Bahwa Islam hadir untuk menenangkan, bukan menakut-nakuti. Sedekah hari Jumat itu sangat baik. Tetapi bukan syarat sah keimanan. Ia adalah amalan tambahan yang menyempurnakan kebaikan, bukan pilar yang jika ditinggalkan akan menggugurkan amalan lain.
Namun bukan berarti kita meremehkannya. Jika kita diberi kelapangan, mengapa tidak berbagi? Jika kita bisa membeli segelas kopi seharga puluhan ribu, mengapa tidak menyisihkan sebagian untuk mereka yang butuh? Terkadang yang dibutuhkan bukanlah jumlah besar, tapi hati yang peduli. Bahkan sedekah sekecil lima ribu rupiah di hari Jumat bisa menjadi sebab terbukanya pintu rezeki yang selama ini tertahan.
Ada banyak kisah yang menyentuh, tentang mereka yang istiqomah bersedekah di hari Jumat dan kehidupannya berubah. Ada yang usahanya tiba-tiba lancar, ada yang sakitnya perlahan sembuh, ada yang hidupnya dulu kacau tapi kini terasa tenang. Mungkin semua itu bukan karena jumlah yang ia keluarkan, tapi karena keikhlasan dan keyakinan bahwa sedekah adalah janji Allah yang tak pernah meleset.
Namun ada pula kisah-kisah getir. Orang-orang yang ingin bersedekah namun tak punya cukup uang. Mereka merasa bersalah, bahkan minder karena tak mampu seperti yang lain. Di sinilah kita perlu saling menguatkan. Sedekah bukan kompetisi siapa yang paling banyak. Tapi siapa yang paling ikhlas. Bahkan doa yang dipanjatkan untuk orang lain dengan tulus bisa bernilai lebih dari sekedar uang.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang meringankan beban saudaranya, maka Allah akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)
Hadist ini memperluas makna sedekah. Membantu orang lain, membelikan makan, menolong teman yang kesusahan, hingga sekadar menemani orang yang kesepian, semuanya adalah bentuk sedekah. Jadi tidak perlu khawatir jika tidak bisa sedekah berupa uang di hari Jumat. Selama kita punya niat, masih banyak pintu kebaikan yang bisa dibuka mulai sedekah dengan disini.
Namun jika kita diberi kemampuan untuk berbagi harta, maka Jumat bisa menjadi waktu terbaik. Sisihkan sebagian, tak perlu besar. Sedekah bisa dimulai dari lingkungan terdekat. Bisa kepada penjaga masjid, tukang sapu jalan, anak yatim yang kita kenal, atau siapa pun yang terlihat membutuhkan. Bahkan di era digital, kita bisa bersedekah dengan satu klik ke lembaga terpercaya. Yang penting bukan caranya, tapi hatinya.
Akhirnya, mari kita pahami dengan jernih bahwa sedekah di hari Jumat bukanlah kewajiban yang memberatkan. Tapi kesempatan yang mendekatkan. Menggapai keindahan. Kesempatan untuk menumbuhkan cinta kepada sesama.