Perintah Allah Melaksanakan Shalat 5 Waktu

Perintah Allah Melaksanakan Shalat 5 Waktu

Perintah Allah kepada umat manusia untuk menjalankan ibadah tidaklah muncul tanpa alasan. Setiap ketentuan yang Allah turunkan selalu menyimpan rahasia, hikmah, dan manfaat besar bagi kehidupan dunia serta akhirat. Di antara kewajiban paling agung dalam Islam adalah Melaksanakan Shalat 5 Waktu, yang ditetapkan langsung dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Ibadah ini bukan hanya ritual fisik, melainkan sebuah ikatan ruhani yang menghubungkan seorang hamba dengan Rabb semesta alam.

Al-Qur’an menegaskan pentingnya kewajiban ini dalam firman Allah: “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103). Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa shalat lima waktu bukan sekadar anjuran, melainkan perintah mutlak yang wajib ditaati.

Mengapa Shalat 5 Waktu Begitu Penting?

Melaksanakan Shalat 5 Waktu diturunkan dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj, sebuah perjalanan agung yang dialami oleh Nabi Muhammad ﷺ. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa awalnya Allah mewajibkan shalat lima puluh kali sehari. Namun, melalui perantaraan Nabi Musa yang memberikan nasihat agar umat ini diberi keringanan, jumlahnya berkurang hingga menjadi lima waktu. Meski demikian, pahala yang dijanjikan tetap setara dengan lima puluh kali.

Inilah bentuk kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad ﷺ. Dari sini, kita bisa melihat bahwa Perintah Allah bukanlah untuk memberatkan, melainkan mendidik, menguji, sekaligus memberikan rahmat. Shalat lima waktu menjadi sarana pembersih jiwa, penjaga hati, serta benteng moral bagi setiap mukmin.

Namun, ironisnya, banyak orang yang menganggap ibadah ini sebagai beban. Ada yang melaksanakannya sekadar rutinitas tanpa penghayatan, ada pula yang meninggalkannya dengan alasan kesibukan dunia. Betapa menyedihkan melihat fenomena ini, seakan-akan hadiah terbesar dari langit justru diabaikan begitu saja.

Hal Baik yang Dapat dipetik dari Shalat 5 Waktu

Melaksanakan Shalat 5 Waktu membawa dampak yang luar biasa bagi jiwa dan raga. Rasulullah ﷺ bersabda: “Shalat lima waktu adalah penghapus dosa-dosa kecil di antara waktu-waktu shalat tersebut, selama dosa besar tidak dilakukan.” (HR Ahmad) Betapa indahnya hadiah ini, setiap kali seorang hamba bersujud, Allah mengampuni kesalahan dan mengangkat derajatnya.

Namun, di balik cahaya keutamaan itu, ada kegelapan yang mengintai bagi mereka yang meremehkan. Nabi ﷺ bersabda: “Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir.” (HR Muslim) Hadits ini menunjukkan betapa berat konsekuensi meninggalkan shalat. Tidak ada yang lebih memilukan daripada seorang muslim yang mengabaikan kewajiban paling dasar dalam agamanya.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa meninggalkan shalat berarti memutus hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Tanpa shalat, seorang manusia kehilangan arah, kehilangan cahaya, dan hidupnya dipenuhi kegelapan meski bergelimang harta dan jabatan. Ini adalah bentuk kerugian besar yang sering tidak disadari.

Shalat Sebagai Cermin Kehidupan

Shalat bukan hanya ibadah, tetapi juga cermin kehidupan sehari-hari. Ketika seorang mukmin mendirikan shalat dengan khusyuk, ia belajar disiplin, kesabaran, dan keikhlasan. Perintah Allah ini mengajarkan manusia bahwa hidup harus berjalan dalam keteraturan, bukan dengan hawa nafsu semata.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda: “Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa menegakkannya, maka ia menegakkan agama. Barangsiapa merobohkannya, maka ia merobohkan agama.” (HR Tirmidzi) Kalimat ini mengandung makna yang begitu dalam. Tanpa shalat, iman bagaikan bangunan tanpa fondasi, mudah runtuh dan hancur diterpa godaan dunia.

Namun, ada pula kenyataan pahit yang menohok hati. Betapa banyak orang yang rajin bekerja demi dunia, tetapi lalai dalam shalat. Betapa banyak pula yang mampu menghafal berbagai hal duniawi, tetapi tidak mampu menjaga waktu shalatnya. Inilah ironi yang menyakitkan, tanda lemahnya iman dan jauhnya hati dari cahaya Allah.

Para ulama sepakat bahwa Melaksanakan Shalat 5 Waktu adalah kewajiban yang tidak bisa diganti dengan ibadah lain. Imam Syafi’i menegaskan, shalat adalah ibadah paling utama setelah dua kalimat syahadat. Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk meninggalkannya kecuali dalam kondisi darurat yang dibenarkan syariat.

Ketika kita merenungi Perintah Allah untuk shalat, sejatinya kita diajak untuk memahami hakikat kehidupan. Shalat adalah panggilan cinta yang mengetuk hati setiap muslim lima kali sehari. Dari Subuh yang menyingkap fajar hingga Isya yang menutup gelap malam, setiap waktu shalat menyimpan makna mendalam. Subuh adalah awal kebangkitan, Dzuhur mengingatkan di tengah kesibukan, Ashar meneguhkan ketika letih melanda, Maghrib mengantar senja dengan doa, dan Isya menjadi penutup penuh harap. Semua ini bukan kebetulan, melainkan tatanan ilahi yang mengatur jiwa manusia agar tidak lalai.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian, ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali. Apakah akan tersisa kotoran darinya?” Para sahabat menjawab: “Tidak akan tersisa sedikit pun.” Nabi bersabda: “Begitulah shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa.” (HR Bukhari)

Namun, hati yang membatu sering menolak panggilan ini. Ada orang yang mendengar adzan tetapi tetap sibuk dengan pekerjaannya. Ada pula yang menunda shalat hingga hampir habis waktunya. Di sinilah ujian iman sesungguhnya: apakah manusia lebih mendahulukan dunia fana atau Melaksanakan Shalat 5 Waktu sebagai jalan menuju ridha Allah.

Bagikan:

Related Post