Mengenal profil Abu Bakar Asshidiq bukan hanya membuka lembaran sejarah Islam yang penuh kemuliaan tetapi juga mengupas tentang sosok manusia yang menjadi simbol keikhlasan dan keteguhan dalam membela kebenaran Ia bukan hanya sahabat terdekat Nabi Muhammad ﷺ tetapi juga orang pertama yang membenarkan risalah kenabian tanpa ragu meski seluruh dunia belum mempercayainya.
Sosok yang lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah ini dikenal luas sebagai saudagar yang jujur dermawan dan bijaksana Sejak sebelum Islam datang ia sudah menjauhkan diri dari berhala dan kebiasaan jahiliyah Dalam masyarakat Quraisy Abu Bakar dikenal sebagai tokoh terhormat yang disegani karena ilmunya akhlaknya dan kejujurannya.
Namun kemuliaan yang melekat dalam profil Abu Bakar Asshidiq tidak membuat hidupnya dipenuhi hanya dengan pujian dan kemudahan Ia harus menanggung beban sebagai orang pertama yang mengikrarkan iman secara terbuka Ia dipukuli dihina bahkan disiksa oleh kaumnya karena keberaniannya mengakui kebenaran Muhammad sebagai utusan Allah Namun dari sanalah cahaya keimanannya justru semakin bersinar.
Keteguhan dan Cinta Tanpa Syarat
Ketika Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan peristiwa Isra’ Mi’raj banyak orang menertawakannya bahkan sebagian dari mereka yang semula mengaku beriman menjadi ragu Namun Abu Bakar justru mengatakan jika Muhammad yang mengatakan itu maka pasti benar Maka sejak saat itulah Nabi memberinya gelar Asshidiq yang berarti orang yang membenarkan tanpa syarat.
Profil Abu Bakar Asshidiq menunjukkan bahwa kekuatan iman bukan hanya diukur dari seberapa banyak amal tetapi dari seberapa besar seseorang percaya kepada kebenaran meskipun seluruh dunia menentangnya Keimanannya tidak digoncang oleh tekanan sosial ancaman harta atau ancaman nyawa Ia tetap berdiri sebagai pilar yang tak tergoyahkan di sisi Rasulullah bahkan dalam momen-momen paling gelap.
Dalam sebuah hadist Nabi bersabda. “Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang aku ajak kepada Islam kecuali dia ragu dan berpikir terlebih dahulu kecuali Abu Bakar Ia tidak menunda dan tidak ragu.” (HR Bukhari) Sebuah kesaksian yang menggambarkan betapa tulus dan beningnya hati Abu Bakar dalam menerima kebenaran.
Namun ujian keimanan tak berhenti di awal dakwah Ketika kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke Madinah Abu Bakar menemani Rasulullah dalam perjalanan berbahaya yang membuat nyawa mereka berada di ujung tombak Dalam gua Tsur. Abu Bakar menangis bukan karena takut akan dirinya tetapi karena khawatir sesuatu akan menimpa Rasulullah Ia rela menjadi tameng hidup untuk melindungi sahabat yang paling dicintainya.
Keagungan Jiwa Seorang Khalifah
Setelah wafatnya Nabi Muhammad kaum muslimin berada dalam kekalutan dan ketakutan Siapa yang mampu menggantikan posisi Rasulullah dalam memimpin umat Siapa yang mampu menyatukan mereka yang sedang berselisih dan mulai tercerai-berai Maka semua mata tertuju pada profil Abu Bakar Asshidiq yang telah terbukti dalam segala hal.
Dengan kerendahan hati dan tanggung jawab besar Abu Bakar menerima amanah sebagai khalifah pertama dalam sejarah Islam Ucapan pertamanya sebagai pemimpin adalah Wahai manusia sesungguhnya aku telah diangkat sebagai pemimpin kalian padahal aku bukanlah yang terbaik di antara kalian Jika aku benar bantulah aku Jika aku salah luruskan aku Ini bukan pidato politis tetapi seruan jiwa yang penuh kejujuran dan harapan untuk dibimbing dalam kebenaran.
Sebagai khalifah Abu Bakar memimpin dengan hati yang lembut tetapi keputusan yang tegas Ketika sebagian suku menolak membayar zakat setelah wafatnya Rasulullah. Abu Bakar tidak gentar Ia berkata Demi Allah aku akan memerangi siapa pun yang membedakan antara shalat dan zakat Karena keduanya adalah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah Ketegasannya dalam menjaga prinsip agama bahkan melebihi ketakutan sebagian sahabat yang lain.
Imam An-Nawawi dalam kitab Syarh Muslim menulis bahwa Abu Bakar adalah manusia paling utama setelah para nabi karena seluruh aspek keutamaannya baik dari sisi iman amal keberanian ilmu maupun akhlak melebihi para sahabat lainnya Bahkan Umar bin Khattab yang dikenal sebagai tokoh keras dan kuat menangis ketika mendengar keteguhan Abu Bakar dalam menghadapi orang-orang murtad.
Dermawan di Dunia Tak Terbeli oleh Dunia
Salah satu ciri khas paling menonjol dari profil Abu Bakar Asshidiq adalah kedermawanannya Dalam seluruh hartanya tidak ada yang disimpan untuk dirinya sendiri jika Islam memerlukannya Dalam peristiwa perang Tabuk ketika Rasulullah meminta bantuan kaum muslimin Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya Ketika ditanya apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya ia menjawab Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.
Dunia tak pernah membutakan hatinya Padahal ia bisa hidup nyaman sebagai saudagar besar namun ia memilih hidup sederhana dan meninggal tanpa warisan yang berlimpah karena seluruh hartanya telah ia infakkan demi Islam Bahkan saat sakit menjelang wafatnya ia meminta agar khalifah berikutnya tidak membayar gajinya lebih dari apa yang ia perlukan untuk sekadar makan dan pakaian.