Kisah Para Pemuda Anshâr yang Digelari Al-Qurrâ’

Dari Anas bin Mâlik R.A, beliau menceritakan kisah tentang para pemuda dari kalangan Anshâr yang dikenal dengan digelari Al-Qurrâ’, yang bermakna para pembaca Al-Qur’an. Mereka adalah sosok-sosok istimewa yang mengabdikan diri mereka sepenuhnya untuk mempelajari Al-Qur’an, mengajarkannya, serta mendekatkan diri kepada Allah. Keberadaan mereka menjadi salah satu contoh nyata dari dedikasi dan pengorbanan dalam menuntut ilmu dan mendukung sesama.

Kehidupan dan Kisah Para Pemuda Anshâr yang Digelari Al-Qurrâ’

Kelompok pemuda ini berjumlah 70 orang dan menjadikan Masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan mereka. Di masjid itulah mereka tinggal, belajar, dan memperdalam pemahaman tentang Al-Qur’an. Namun, kehidupan mereka tidak hanya berpusat di dalam masjid. Ketika malam menjelang, mereka pergi ke pinggiran kota Madinah untuk belajar bersama, mendirikan salat, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. Aktivitas ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan semangat, sehingga keluarga mereka sering menyangka mereka tetap berada di masjid, sementara orang-orang di masjid mengira mereka telah pulang ke rumah.

Kegiatan mereka tidak berhenti sampai di situ. Menjelang waktu subuh, mereka mencari air dan mengumpulkan kayu bakar dari sekitar. Kayu bakar ini kemudian dibawa ke masjid dan disandarkan di dinding kamar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan hasil penjualan kayu bakar tersebut, mereka membeli makanan untuk para penghuni shuffah.

 

Para Penghuni Shuffah: Orang-Orang yang Ditinggikan oleh Allah

Penghuni shuffah adalah golongan fakir dari kaum Muhajirin, yang meninggalkan kampung halaman mereka di Makkah untuk berhijrah ke Madinah demi mempertahankan iman dan mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka tidak memiliki keluarga ataupun kerabat di Madinah sehingga tidak memiliki tempat tinggal selain di shuffah, yaitu serambi masjid Nabawi yang menjadi tempat perlindungan bagi mereka.

Sebagai orang-orang yang hidup dalam keterbatasan materi, penghuni shuffah sangat bergantung pada bantuan dari kaum Muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memperhatikan mereka dengan penuh kasih sayang, memberikan makanan, pakaian, dan kebutuhan lain sesuai kemampuan beliau. Dalam hal ini, kontribusi para al-Qurrâ’ menjadi salah satu wujud solidaritas nyata di antara kaum Muslimin.

 

Dedikasi dan Keikhlasan Para Al-Qurrâ’

Apa yang dilakukan oleh para al-Qurrâ’ tidak semata-mata mencerminkan semangat membantu sesama, tetapi juga menggambarkan keikhlasan mereka dalam mengabdi kepada Allah. Mereka tidak hanya mementingkan urusan pribadi, tetapi juga mengutamakan kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan.

Keikhlasan ini terlihat dari bagaimana mereka menjalani hidup sederhana, mengorbankan waktu dan tenaga untuk belajar, berdakwah, dan mendukung sesama Muslim. Mereka tidak meminta imbalan atas usaha mereka, melainkan melakukannya semata-mata demi mengharap keridaan Allah.

Video Tentang Kisah Para Pemuda di Gua Surat Al-Kahfi

Pelajaran Berharga dari Kehidupan Al-Qurrâ’

Kisah para al-Qurrâ’ mengandung banyak pelajaran yang relevan untuk kehidupan umat Islam, baik di masa lalu maupun masa kini. Pertama, mereka menunjukkan bahwa mencintai ilmu adalah bagian integral dari keimanan. Dengan belajar dan mengajarkan Al-Qur’an, mereka memperkuat hubungan mereka dengan Allah sekaligus menjadi teladan bagi komunitas Muslim lainnya.

Kedua, kehidupan mereka menjadi bukti nyata bahwa Islam mendorong solidaritas sosial. Mereka tidak hanya berfokus pada peningkatan diri, tetapi juga secara aktif membantu mereka yang berada dalam kesulitan. Para penghuni shuffah yang menerima bantuan dari al-Qurrâ’ merasakan langsung kehangatan ukhuwah Islamiyah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga, mereka memberikan contoh bagaimana bekerja keras tidak hanya untuk kepentingan dunia, tetapi juga untuk tujuan yang lebih mulia. Dengan menjual kayu bakar untuk membantu penghuni shuffah, mereka mengajarkan bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan niat yang benar akan bernilai ibadah di sisi Allah.

 

Inspirasi untuk Generasi Masa Kini

Di era modern ini, kisah para al-Qurrâ’ tetap relevan sebagai inspirasi. Dalam kehidupan yang sering kali dipenuhi oleh ambisi materialistik, kita diajak untuk merenungkan kembali nilai-nilai keikhlasan, kesederhanaan, dan pengabdian. Generasi muda khususnya, dapat mengambil teladan dari semangat para pemuda Anshâr yang tidak hanya mencintai ilmu, tetapi juga menjadikan ilmu tersebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Dengan menghidupkan semangat para al-Qurrâ’, umat Islam dapat membangun komunitas yang harmonis dan berlandaskan keadilan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap Muslim memiliki peran penting dalam memperkuat persaudaraan, baik melalui ilmu, tenaga, maupun harta.

Sebagai pengikut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita seharusnya meneladani pengorbanan dan keikhlasan mereka, menjadikannya inspirasi dalam hidup, dan terus berupaya mendekatkan diri kepada Allah melalui amal yang bermanfaat bagi sesama.

Bagikan:

Related Post